(Fragment)
BALAS DENDAM
Saya sedang berjalan di jalan
setapak di atas bukit. Kiri jalan adalah jurang dan sebelah kanan jurang yang
melambai kedalam lembah hutan. Langit terbuka penuh bintang dan bulan bersinar
di antara awan-awan yang bergerak perlahan. Angina semilir membawa rasa sedih
dan sayup-sayup terdengar suara antara nyayian dan tangisan. Nyayian yang
berirama pilu. Itu suara putri Siluman.
Saya terus berjalan mencari dari
mana datangnya suara tangisan itu. Kaki saya membelok menuruni lereng berumput
dan masuk ke dalam hutan. Di tengah hutan ada sungai kecil. Saya menyusuri
sungai itu ke hulu dan menemukan lubuk di bawah air terjun. Di atas batu yang
menyembul dari permukaan air, saya melihat sesuatu yang indah, punggung putih
lembut seorang gadis yang sedang mencuci rambut.
Tangisnya tinggal sedu-sedannya. Seorang
Putri Siluman. Agar ia tidak menghilang dari pandangan saya, saya membaca
mantra “ Awaspaningal “. Lalu saya bertanya:
“ Siapakah engkau Putri ? mengapa
menangis memilukan hati ? “
Putri Siluman itu menoleh, mengawasi
saya lalu tersenyum dan menjawab:
“ Oh, Kang Encep, tolonglah kami. Kami
kena musibah.
“ Bagaimana kau tahu nama ku ? “
“ di dunia kami nama Kang Encep
sangat terkenal. Mungkin hanya andalah yang mencintai bangsa kami. Manusia yang
lainnya menganggap kami jelek dan jahat “.
“ Terimakasih atas pujiannya. Siapa namamu
? “
“ Nama hamba Rara Teratai Wulan Emas.
“
“ Baik, aku akan menolong engkau. Naiklah
ke darat “.
Putri Siluman itu sangat cantik dan setelah
mengenakan kain dan selendangnnya, ia bersimpuh di depanku dan menyembah. Aku membalasnya.
“ Musibah apa yang menimpa keluargamu itu ? “
“ Ayahanda sakit oleh peluru manusia. Kalau penyakit
itu tidak di sebabkan oleh benda buatan manusia, kami masih bisa mengobatinya. Tolonglah
Kang Encep “.
“ Di mana ayahandamu itu ? “
“ Di sebrang sungai, mari kita ke sana “
Kamipun segera menyebrangi sungai itu dan
masuk kedalam hutan. Di bawah pohon Dakaranda (Kiara) rimbun saya melihat
seekor harimau besar sedang tergeletak di tanah saya segera membaca mantera
Malih Alam ke Alam Siluman dan kini yang saya lihat adalah seorang raja dengan
pakain kebesarannya sedang tidur di atas katil kencana. Para hamba sahayanya
bersimpuh di sekitarnya.
Putri Teratai Wulan Emas membangunkan
ayahnya:
“ Ayah, ada Kang Encep “
Raja membuka mata dan melihat kepada saya
lalu senyum gembira:
“ Kang Encep, wah senang sekali anda mau
berkunjung pada kami “ kami saling sembah hormat.
“ Kata putri anda kamu sedang sakit terkena
peluru manusia, coba kulihat. “
Baginda memperlihatkan luka di pinggangnya.
“ Tahan rasa sakitnya, saya akan menarik
peluru itu “. Sayapun lalu membaca mantera untuk mengisi telapak tangan saya
dengan gaya maknit besi. Telapak tangan saya tempelkan di luka itu dan
pelurupun segera tertarik dan menempel di telapak tangan saya.
“ Kini tinggal mengobatinya dengan getah
Jamblang. “
Punggawa dan para emban segera mencari dan memitiki daun Jamblang. Perdu
itu bunganya putih berkumpul warna pucuk daunnya merah getahnya sangat manjur
untuk menyembuhkan luka. Waktu saya kecil kalau luka selalu di olesi getah
jamblang, tapi di sini ditambah dengan mantera penyembuhan. Raja bangun dan
pindah duduk di kursi kencana saya duduk di kursi di sampingnnya. Dan kami
mulai mengobrol.
“ Mengapa manusia tidak mau bersahabat dengan
bangsa Siluman. Mengapa mereka menganggap kami makhluk yang menakutkan, dan
menjijikan. Kang Encep ?
“ Karena mereka tidak bisa melihat Siluman. “
“ Baiklah mereka tidak bisa melihat bangsa
kami tetapi akuilah kalau kami ini ada sebagai pemilik dunia ini juga. Apakah mereka
tidak tahu bahwa dalam Al-Qur’an Jin itu adalah makhluk yang di ciptakan dari
api. Benar kami cuma derajat tingkat dua tetapi hormatilah kami. Manusia merampas
tanah-tanah kami, pohon-pohon kami, ternak-ternak kami. Begitu rakusnya manusia
padahal kadang kala kami juga menolong mereka juga dalam kesulitan, misalnya dalam bencana alam, menunjuki jalan kepada orang yang
tersesat di dalam hutan, dan lainnya. “
“ Jadi kamu mau membalas dendam ? “ Tanya saya
keras.
“ Tentu saja jika mereka tidak mau
mengindahkan kami dan terus bebrbuat jahat pada kami. Kami bukan makhluk yang
lemah. “
“ Sebaiknya
kamu mengajak manusia berdamai. “
“ Apakah manusia mau ? kenyataannya mereka
tetap angkuh. Terlalu angkuh untuk mengurusi alam dunia ini bersama-sama. “
“ Jadi bangsamu karena itu membunuhi manusia
dan membuat kegaduhan dan bencana-bencana, tetapi apa balas budi manusia pada
kami ? mereka malah menjauhkan kami dari
pikiran mereka, mereka tak mau memikirkan kehadiran kami. Sombong ! mereka
berkata kami tak mau tahu urusan Siluman ! “ kata-kata yang menghinakan kami. Seolah-olah
kami ini sampah yang tak perlu digubris. Padahal jelas tertulis dalam Kitab
Suci Al-Qur’an, bahwa kami ini ada ! dan kami mempunyai banyak kelebihan dari
manusia. Walaupun begitu kami tunduk pada perintah Tuhan. “
“ Aku juga tahu, tentu tidak semua bencana
timbul karena ulah bangsamu, sebab bencana itu banyak juga yang ditimbulkan
oleh ulah manusia sendiri, misalnya banjir akibat penggundulan hutan. Bencana yang
kamu buat tentu akibat dari balas dendam bukan ? “
“ Benar, Kang Encep. Contohnya begini : jika
anak orang digilas mobil di jalan sampai mati, apakah bapaknya akan senang saja
? apakah bapaknya tidak sakit hati ? si bapak pasti akan membalas dendam. Hukum
kami hutang nyawa bayar nyawa. “
“ Lalu bangsamu membuat kecelakaan
transpontasi. Apakah Siluman langsung mendorong mobil itu kedalam bahaya ? ”
“ Tidak selalu begitu, Kang Encep kadang-kadang
si Silumannya masuk ke dalam jiwa si pengemudi dan kami kuasai, hingga kami bisa
menubrukan mobil pada mobil-mobil lainnya atau kepada orang di jalan. Jika tugas
sudah selsai jiwa yang di kuasai tadi kami bebaskan kembali dan si pengemudi
akan kebingungan. Mestinya dia menyadari bahwa dia itu bukan raja jalanan dan
masih ada kami di jalan. Namun, Kang Encep, bangsa kamipun sering berbelas
kasihan pada orang-orang miskin yang tak kuat membayar biaya pengobatan,
misalnya. “
“ Lalu apa pertolonganmu ? “
“ Bangsa kami memiliki banyak para akhli baik
dalam ilmu kedokteran, ilmu tekhnik, ilmu perbintangan, dan lainnya. Zaman Nabi
Sulaiman saja bangsa kami sudah bisa memindahkan Istana Ratu Balkis. Apa lagi
sekarang bangsa kami sudah bisa membuat berbagai pesawat terbang baik di langit
maupun diluar angkasa jika kami perlihatkan buatan kami itu, manusia tahunya cuma
heboh, hahahaha…..”
“ Maksudmu dengan para bocah yang bisa
menyembuhkan orang-orang sakit dan yang di sebut UFO alias piring terbang itu,
dan jejak-jejak yang besar, dan lain yang dianggap aneh oleh manusia. “
“ Benar, Kang Encep, bagi kami itu hal-hal
yang gampang saja. Kami bisa membesar dan mengecil, kami bisa tinggal dalam
batu kecil atau masuk ke jiwa bocah, kami juga bisa membuat pesawat kecil atau
besar tidak seperti manusia yang tubuhnya tak bisa berubah. Anehnya bantuan
bangsa kami terhadap manusia sesalu disalah artikan. Manusia awam trauma pada
Iblis, padahal Iblis itu mendengar ayat-ayat Al-Qur’an saja sudah kabur
kepanasan. Sayang ada juga yang melebih-lebihkan kepandaian kami ini, hingga
mau menyembah kami. Ini manusia tolol ! dan bisa mencelakakan bangsa kami. “
Raja berhenti sejenak lalu menatap saya : “ tolonglah, Kang Encep, beritahukan
kepada manusia seluk beluk bangsa Siluman “
“ Sedang ku usahakan. Bagaimana kamu mendapatkan
luka itu ? “
BERSAMBUNG